//
you're reading...
Economy

Berkaca Dari Gertakan Australia

Dua pekan terakhir, Kementerian Pertanian direpotkan laporan Animal
Australian soal standar animal walfare Rumah Potong Hewan (RPH) di
Indonesia. Apalagi laporan yang ditayangkan ABC TV itu diikuti ancaman ala
gertak sambal menghentikan ekspor sapi bakalan ke Indonesia.

Kalaupun kemudian ancaman Australia melembek, itu karena asosiasi produsen
hewan sapi di Australia mendesak Perdana Menteri Julia Gillard segera
membatalkan boikot ekspor sapi bakalan. Desakan ini karena penjualan
daging sapi di Australia ikut terpengaruh menyusul tayangan dokumen Animal
Australia itu. Penjualan daging sapi ikut terkoreksi negatif karena
persepi masyarakat Australia terkait standar pemotongan sapi.

Pelarangan ekspor sapi bakalan berdampak secara bisnis bagi peternak di
Australia. Industri penjualan sapi bakalan ke Indonesia mencapai US$300
juta per tahun. Penghentian ekspor sapi turut menurunkan potensi bisnsi
peternak sapi terutama di New South Wales dan Victoria, Australia.



Bagi pemerintah Indonesia, penghentian ekspor sapi menjadi ancaman
terjadinya kekurangan protein hewani dalam negeri. Apalagi tren permintaan
daging sapi meningkat menjelang Lebaran 2011. Ini akan menimbulkan masalah
sosial karena umumnya pada saat itu harga kebutuhan pokok ikut naik.

Di sisi lain, pasokan daging sapi dalam negeri tidak cukup memadai.
Tingkat kebutuhan lebih tinggi dibandingkan produksi daging sapi dalam
negeri. Data Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo)
menyebutkan konsumsi daging sapi mencapai 2,09 per kapita pada 2010.
Dengan proyeksi pertambahan penduduk 1,48 persen dari 237 juta jiwa pada
tahun ini, maka permintaaan daging meningkat 0,5 persen atau menjadi 2,1
kg per kapita. Total kebutuhan daging diprediksi mencapai 506 juta kg.

Pada 2011, pasokan daging sapi hanya memenuhi 62 persen atau 316 juta kg
daging sapi. Artinya, ada kekurangan 190,5 juta kg daging atau 38 persen
dari total kebutuhan daging sapi nasional. Angka kekurangan ini dipenuhi
dari 23 persen impor sapi bakalan dan 15 persen daging beku. Atau, setara
645 ribu ekor sapi dan 74,3 ribu ton daging beku.

Jika Australia menghentikan impor sapi bakalan hingga enam bulan
mendatang, maka tekanan bagi Kementerian Pertanian akan semakin kuat.
Pemenuhan impor sapi dari Brasil dan Kanada harus sangat hati-hati karena
sapi dari negara tersebut dikhawatirkan terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku
dan sapi gila.

Berkaca dari gertak sambal Kementerian Pertanian Australia, sudah jelas
bahwa swasembada daging sapi menjadi salah satu jawaban agar pemerintah
tidak didikte negara produsen daging sapi. Dari kondisi peternak yang
kurang perhatian saat ini, mungkinkah ketepatan target swasembada daging
dicapai pada 2014?

About lutherkembaren

journalist

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar

Meta